Sabtu, 18 Juni 2011

Sejarah Singkat Bojonegara

Perkembangan wilayah Banten memang tidak dapat dilepaskan dari perjalanan sejarah Jawa Barat. Awalnya Banten adalah salah satu pelabuhan kecil milik Kerajaan Padjajaran (salah satu kerajaan Hindu terbesar di Jawa Barat pada abad 14 masehi), yang pusat kerajaannya berada di Pakuan (di sekitar kota Bogor sekarang). Perkembangan wilayah Banten semakin pesat setelah seorang muslim bernama Hasanuddin pada tahun 1527 merebut Banten Girang dari tangan Kerajaan Padjajaran. Wilayah Banten Girang akhirnya menjadi wilayah vassal (bawahan) dari Kerajaan Demak. Namun pada tahun 1550, Banten melepaskan diri dari pengaruh kekuasaan Kerajaan Demak dan berdiri sendiri menjadi sebuah kesultanan yang independen. Hasanuddin diangkat menjadi sultan pertama yang memerintah wilayah tersebut.

Pada abad 16 hingga 17, Banten adalah kota terbesar di Asia Tenggara. Penduduknya mencapai 100.000 jiwa. Transportasi perdagangan menggunakan rakit dalam kanal-kanal buatan yang melintas di tengah kota. Banten pada saat itu sudah maju dan berkembang pesat seperti beberapa kota besar di eropa. Sebagai salah satu kota pelabuhan yang megah, Banten mempunyai dua buah pelabuhan yang besar. Pelabuhan pertama adalah pelabuhan yang menghubungkan Banten dengan para pedagang asing yang lokasinya terdapat di sebelah barat sungai Cibanten, sedangkan pelabuhan yang digunakan untuk kepentingan perdagangan regional terdapat di sebelah timur sungai.

Sedangkan pusat kota sekaligus pusat pemerintah terdapat di tengah tengah dua pelabuhan tersebut. Sebagai salah satu pelabuhan besar di Asia Tenggara pada saat itu, Banten memiliki pelabuhan yang tidak hanya besar tetapi juga lengkap dengan prasarana pelabuhan lainnya seperti, dermaga yang panjang menjorok ke laut, dok kapal, hingga gudang-gudang penyimpanan. Gambaran tentang pelabuhan tersebut secara detail dilukiskan oleh seorang pelaut W Shouten"s yang sempat berkunjung ke Banten pada tahun 1670. Lukisan W Shouten"s kini tersimpan di National Library di Paris. Pelabuhan Banten saat itu terlihat sangat besar dan teratur. Sepanjang pelabuhan bersandar kapal kapal dagang asing berlayar tinggi berjajar dan merapat di sana. Seiring dengan makin pesatnya aktivitas perdagangan di Banten, wilayah ini kemudian berubah menjadi salah satu pusat perdagangan yang cukup besar, melibatkan banyak negara Eropa dan Asia Timur Jauh.
Bahkan Banten disebut sebut sebagai salah satu pelabuhan paling strategis yang menghubungkan Asia dengan bangsa Eropa pada saat itu. Selain mengandalkan aktivitas perdagangan melalui dua pelabuhannya, Banten juga mempunyai modal lain di bidang ekonomi yaitu perkebunan. Sedangkan jenis tanaman yang ditanam dan menjadi andalan ekonomi Banten adalah gula dan rempah- rempah (merica, lada dan kayu manis).

Kawasan Bojonegara termasuk dalam Wilayah Kabupaten Serang Propinsi Banten. Propinsi Banten terbagi menjadi empat wilayah kabupaten dan dua wilayah kota dengan total area 8.651.20 km2, yaitu: (Wilayah Administrasi Propinsi banten dapat dilihat pada peta 2.1)
• Kabupaten Serang, 1.643,72 km2
• Kabupaten Lebak, 2.941,40 km2
• Kabupaten Pandeglang, 2.595,35 km2
• Kabupaten Tangerang, 1.124,65 km2
• Kota Tangerang, 179,06 km2
• Kota Cilegon, 167,06 km 2

Jumlah kecamatan di seluruh Banten sebanyak 124, jumlah desa sebanyak 1.337 dan kelurahan sebanyak 144. Secara administratif Kawasan Bojonegara termasuk dalam Wilayah Kabupaten Serang tepatnya di Kecamatan Bojonegara dan Kecamatan Pulo Ampel (merupakan pemekaran dari Kecamatan Bojonegara). Kecamatan Pulo Ampel dan Bojonegara memiliki luas keseluruhan sekitar 6.700,2 hektare dan dihuni hampir
75.000 jiwa. Saat ini diwilayah Bojonegara telah dibangun Pelabuhan internasional seluas 1100 Ha dengan pantai yang menghadap kelaut sepanjang 11,3 Km. Disekitar kawasan tersebut telah berdiri kawasan industri yang direncanakan mencapai 1372 hektar meliputi sebagian desa Salira, Mangunreja, Sumureja, Mangkunegara, Bojonegara, Ukisari, Margasari, Argawana, Margagiri, jenis industri yang dikembangkan adalah industri logam dasar, kimia dasar, rekayasa dan rancang bangun.
 
Terdapat beberapa Potensi Pengembangan Wilayah Bojonegara, diantaranya :
a. Posisi dan letak geografis wilayah Bojonegara dalam konstelasi regional cukup strategis
b. Aksesibilitas wilayah Bojonegara yang tinggi (terdapat jalan propinsi, jalan tol Jakarta – Merak)
c. Tersedianya sumberdaya lahan relatif besar di wilayah Bojonegara yang sesuai dikembangkan untuk pengembangan perkotaan.
d. Tersedianya sumberdaya mineral berupa batu pasir dan tanah urug untuk mendukung pembangunan fisik kota.
e. Terdapatnya sumberdaya kelautan yang memungkinkan untuk pengembangan kegiatan penangkapan ikan dan daya dukung fisik untuk pengembangan IHP Bojonegara
f. Tersedianya sumberdaya manusia yang terdiri dari berbagai tingkat pendidikan dan keterampilan untuk menunjagn kegiatan di wilayah Bojonegara.
g. Keterbukaan masyarakat dalam menerima pembaharuan dan pembangunan nasional.
h. Terdapatnya sumberdaya binaan yakni sarana dan pasarana pemerintahan, pendidikan, kesehatan, peribadatan dll) 
 
Terdapat beberapa masalah Pengembangan Wilayah Bojonegara, diantaranya :
a. Curah hujan yang kecil (kurang dari 1000mm/tahun) di bagian timur, hal ini berakibat di wilayah ini relatif kering.
b. Adanya penduduk yang menempati area dengan kelerengan > 40 %
c. Terdapatnya kegiatan penambangan, pertanian di kawasan hutan lindung
d. Terjadinya penggusuran/ pembebasan lahan masyarakat, seperti perumahan, sawah, tegalan, kebun campuran serta perkantoran dan fasilitas umum sebagai dampak pengembangan pelabuhan, kawasan
industri, kawasan perkotaan, jalan tol dan kereta api
e. Kualifikasi/ kualitas penduduk setempat di wilayah Bojonegara yang masih rendah
f. Peningkatan harga tanah yang tinggi
g. Ancaman terjadinya pemukiman kumuh di kawasan nelayan atau di sempadan sungai/ di tanah-tanah negara.

2 komentar: